Ika Rahmatika


Penulis : Tami Asyifa
Editor   : Windy Effendy

Ketika benang dan hook atau hakpen saling beradu, satu per satu benang berpadu membentuk benda seperti syal, sepatu, tas, pakaian, dan aksesori. Merajut merupakan seni merenda dengan alat kait atau jarum crochet—karena itu merajut sering disebut crochet. Seni merajut tidak hanya menghasilkan barang kerajinan, tetapi berguna juga untuk membantu fokus kita. Merajut bahkan bisa meredakan depresi dan kecemasan. 


Seperti halnya merajut benang, selain menghasilkan karya menulis juga bisa menjadi sarana melepas  emosi dan menjaga kesehatan mental. Kedua kegiatan ini menjadi aktivitas yang dijalankan oleh narasumber Kenal Lebih Dekat kali ini. Dari merajut benang dengan hakpen, hingga merajut kata-kata menjadi beberapa buku antologi dan novel yang tayang pada sebuah platform menulis. Padahal, kesibukannya dengan berbagai kegiatan cukup menyita waktu. 


Mengenal Ika Rahmatika


Ika Rahmatika, seorang ibu dengan 6 orang anak yang saat ini berdomisili di Tasikmalaya. Meski waktunya banyak dihabiskan mengurus suami dan anak-anak, ia tetap menyediakan waktu untuk belajar dan melakukan kegiatan produktif lainnya. Menjadi ibu rumah tangga yang produktif merupakan pilihan sadar yang ia jalani dengan bahagia. 


Ika menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di Desa Kopi Muara, kemudian melanjutkan sekolah di Pesantren Persis 34 Kutawaringin, Soreang, Bandung. Usai menamatkan jenjang mu'allimin, ia melanjutkan pendidikannya pada Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung, Jurusan Tafsir Hadits.


Berlatar pendidikan tafsir hadits tidak membuat Ika meniti karir sebagai daiyah. Dengan hobi dan passion-nya di bidang videografer dan fotografer, desain, menulis, voice over, serta handycraft, ia merasa butuh memperdalam keahlian di bidang tersebut. Ika mengambil pendidikan dan pelatihan di Mandala Broadcasting School, Sanggar Kegiatan Belajar Merajut, Inkubasi Mandiri Kelas Menjahit, dan Business Development Center (BDC) Handycraft. 


Ika merupakan founder Crafter dan  Timuara Craft.  Saat ini, ia menjalani peran sebagai ketua rumah belajar menjahit dan crafting Ibu Profesional regional Tasikmalaya, Tim Operasional Sahabat Ibu Pengusaha, anggota Divisi Pemberdayaan Difabel pada program inovasi Ibu Inklusif, pengajar ekstrakurikuler merajut serta publik speaking pada SMP-SMA Plus Yayasan Nashrul Haq Al- Islamy.

 

Tia Rahmatika Sebagai Penulis


Merajut kata tak ubahnya merajut benang, membutuhkan kreativitas, ketekunan, dan komitmen. Perempuan yang mempunyai nama pena Makika ini, menulis buku solo nonfiksi kreatif berjudul Sst..., Jangan Ngegosip, Limbah Kok Cantik, Kumpulan Cerpen Diam-Diam Tak Berjodoh, dan Novel Di Bawah Langit Timuara. 


Sejak bergabung dengan Komunitas Menulis Online, Ika aktif menjadi kontributor berbagai antologi, antara lain:

  1. Perjalanan

  2. Love Yourself Love Your Life

  3. Menjadi Ibu

  4. Persembahan Ibu

  5. Senandung Pilu di Relung Jiwa

  6. Di Bawah Langit Berwarna

  7. Istimewa Dalam Keterbatasan


Ia menyukai semua jenis tulisan baik fiksi maupun nonfiksi. Ika juga piawai dalam menulis cerpen, novel, dan artikel nonfiksi kreatif lainnya. Selain menulis buku, Ika juga menulis pada platform KBM App, sebuah platform menulis yang menjadi wadah para penulis mempublikasikan karya-karyanya secara online


Ika aktif mengikuti berbagai komunitas menulis. Selain Komunitas Menulis Online (KMO), pada 2024 ia juga terdaftar sebagai member pada komunitas Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP).  Tidak sekadar menjadi anggota komunitas biasa,  ia aktif mengambil peran sebagai penanggung jawab event Keroyokan Bikin Buku (KBB) dan penanggung jawab kelas menulis pada Komunitas Menulis Online (KMO) Indonesia.  


Mempunyai mimpi untuk mewujudkan cita-citanya sebagai penulis pada 2024 ini, Ika mengambil langkah lebih lebar lagi. Ia berkomitmen untuk belajar dan meng-upgrade ilmu kepenulisan serta memperdalam literasi. Komitmen itu ia jadikan motivasi konsisten menulis bersama KLIP. Ia pun mengalokasikan waktu khusus untuk menulis yaitu pada pukul 03.00 WIB atau ketika anak-anaknya sudah berangkat sekolah dan urusan domestiknya selesai. Bahkan waktu liburan ke pantai pun jadi saat yang menyenangkan untuk menulis. 


Sebagai penulis yang merasa masih harus banyak belajar, ia merasakan banyak menghadapi tantangan. Salah satunya adalah writer block. Setiap kali writer block itu mulai datang, ia segera berpikir ulang tentang hakekat hidup, lalu berusaha memberikan afirmasi positif pada diri dan mindfulness dalam setiap tindakan yang akan  dilakukannya. Jika cara ini belum berhasil, Ika akan mengambil jeda sejenak dengan membaca artikel, nonton, bermain bersama anak, atau hal lain yang membuatnya bahagia. 


Ika mempunyai tips agar konsisten menulis. Ia memaksakan diri menulis setiap hari,  membuat naskah  bersambung atau naskah baru ketika ada ide. Setiap ide yang muncul langsung ditulis. Jika tak juga menemukan ide, ia akan menuliskan apa yang sedang ia rasakan dan pikirkan saat itu. 


Sebagai penutup, penyuka karya-karya Helvy Tiana Rosa dan Muhammad Salim A. Fillah ini menitipkan pesan kepada teman-teman KLIP agar jangan pernah berhenti belajar selagi masih ada kesempatan, raihlah impian dan buatlah sejarah sendiri dengan menuliskan hal baik. 


Tulisan Ika Rahmatika bisa dibaca pada tautan berikut ini:


KBMApp @Makika_t1muara

https://read.kbm.id/profile/penulis/25d30372-4755-fff1-3c26-7b3d5f118f8a11