Hai Klip'ers,
Kali ini, saya akan bercerita dari salah satu kegiatan Klub Buku KLIP (KBK) yang diadakan pada tanggal 31 Mei 2021 yang lalu. Peserta yang hadir sekitar 20 orang. Sebagian dari peserta antusias menceritakan buku menarik yang baru saja dibaca.
Tentu menjadi hal menyenangkan bagi para anggota KLIP membicarakan isi dari buku yang dibaca. Mungkin hal tersebut yang menyebabkan durasi kegiatan ini menjadi tidak terasa telah memakan waktu selama hampir 2.5 jam.
Buat yang penasaran dan ingin mendengarkan tentang buku-buku yang dibahas, bisa langsung saja ke Podcast KLIP dan dengarkan 6 episode terbarunya.
Berikut ringkasan dari obrolannya:
Dian Kusumawardani – Kekasih Semusim karya Dini Fitria
Novel fiksi yang berlatar lokasi di Praha, salah satu kota di Eropa ini yang diceritakan menjadi hal menarik untuk diangkat kisahnya.
Novel Kekasih Semusim ini memiliki tiga tokoh sentral dalam kisahnya.
1. Kanaya : seorang selebgram / influencer yang mendapat pekerjaan di Praha
2. Nina, ibu dari Kanaya : seorang penulis, sedang menulis buku biografi seseorang bernama eyang Yono seorang korban sejarah yang tinggal di Praha
3. Reno : kekasih Kanaya, seorang pengusaha di bidang periklanan. Yang secara kebetulan mengerjakan proyek di Praha.
Kisah percintaan Kanaya dan Reno yang terpaut usia jangan jauh menyebabkan berbagai halangan. Inilah yang di awal membaca novel ini membuat Mbak Dian menduga kalau Reno adalah ayah daripada Kanaya. Namun, ternyata Reno adalah mantan kekasih Nina, yaitu ibu Kanaya.
Nina, ibu Kanaya, seorang ibu yang cenderung over protektif pada anaknya. Mengingat pengalaman masa lalunya yang tidak pernah baik dalam hal percintaan.
Menurut mbak Dian, sisi positif novel ini adalah pesan moral bahwa pentingnya sosok ayah bagi seorang anak perempuan. Ketika kehilangan sosok ayah, maka anak akan cenderung mencari pengganti sosok tersebut. Seperti contoh, dalam novel ini, Kanaya yang memilih berpacaran dengan lelaki yang usianya seperti usia ayahnya.
Uniknya lagi tentu saja, penulis yaitu mba Dini Fitria ternyata butuh waktu satu tahun untuk riset lokasi di Praha. Oleh karena itu, penggambaran setting lokasi di Praha sangat tergambar indah dalam novel setebal 412 halaman ini.
Shanty Dewi Arifin – The Room karya Emma Donoghue
Novel yang berulang kali membuat Mbak Shanty merinding saat membacanya. Kisah yang diangkat terinspirasi berdasarkan kisah nyata seorang wanita yang diculik dan kemudian disekap di dalam kamar sempit selama 7 (tujuh) tahun.
Selama disekap, sang perempuan dijadiin 'pemuas' si penculik sampe akhirnya melahirkan anak, bernama Jack. Perempuan ini berusaha merawat anaknya dalam kondisi apa pun.
Bagaimana kisah selanjutnya, apakah perempuan tersebut berhasil melarikan diri dari si penculik dan membawa anak nya ? dan bagaimana dia beradaptasi dengan dunia luar yang selama ini dia tinggalkan ?
Dua hal itulah yang membuat Mbak Shanty kagum atas eksekusi cerita yang cerdas. Bagaimana perempuan yang diculik itu membuat suasana ruangan sempit menjadi sangat menyenangkan bagi anaknya. Walaupun dengan segala keterbatasannya. Contohnya, menjadikan hari Selasa menjadi hari berteriak dan melompat minta tolong. Ironis, tapi bagi anaknya itu adalah hal menyenangkan.
Mengharukan dan kompleks menggambarkan kondisi psikis anak yang dibesarkan dalam kurungan, membuat Mbak Shanty enggan berpaling dari buku setebal 500 halaman.
Telah diterjemahkan ke dalam 35 bahasa Terjual lebih dari dua juta eksemplar di seluruh dunia, Telah diadaptasi dalam bentuk film; masuk nominasi Golden Globe Award 2016 kategori Film Terbaik dan memenangkan Academy Award 2016 kategori aktris terbaik.
Selamat membaca dan bersiap merinding, kelakar mbak Shanty. Namun, disambut mbak Risna bahwa dirinya tidak tertarik membaca buku tersebut.
Alfi Rizal - Scythe, karya Neil Shusterman
Buku ini merupakan buku trilogi dengan rating 12+. Buku yang dibaca bersama dengan anaknya ini, mbak Alfi menghantarkannya dengan sangat rinci.
Buku ini mengambil latar belakang kehidupan dimana semua manusia adalah sama. Di tahun 2041, kita tidak lagi menemukan adanya penyakit, kejahatan dan kemiskinan atau bencana alam.
Semua keadaan ideal ini dapat terjadi karena adanya komputerisasi digital berbasis ‘cloud’ bernama Thunderhead yang diciptakan oleh pemerintahan totaliter yang mampu menjawab semua masalah ini. Thunderhead mampu menghentikan pemanasan global dan memperhitungkan bagaimana menggunakan sumber daya dunia sehingga tidak ada lagi kelaparan.
Tidak hanya itu, hampir semua orang dapat kembali ke umur yang mereka mau asalkan umurnya diatas 21 tahun. Jadi, bisa jadi orang berusia 40 tahun yang kita temui di Utopia sebenarnya berusia 108 tahun.
Satu-satunya hal yang tidak dapat di kontrol Thunderhead adalah pertumbuhan populasi manusia karena manusia masih terus melahirkan anak sehingga harus ada pihak yang menekan populasi yang terus berkembang. Dan ini adalah tugas dari Scythe, sebuah organisasi yang tidak berada di bawah aturan Thunderhead yang memiliki kewenangan untuk diperbolehkan membunuh manusia dengan tujuan merawat populasi dunia, jadi secara kasar, bisa dibilang Scythe adalah malaikat pencabut nyawa.
Gleaning / kematian yang dilakukan agen Scythe kepada manusia dipilih berdasarkan “Usia kematian” berdasarkan statistik data yang ada. Cara yang dipilih pun bebas tergantung pada agen Sycthe itu sendiri.
Ada yang dengan kekerasan, ada yang dengan belas kasih. Apabila seseorang dipilih untuk diambil nyawanya oleh Scythe, orang tersebut tidak mampu melawan keputusan tersebut. Namun di lain sisi, terkadang seorang Scythe juga boleh memberikan pengampunan / immune kepada targetnya agar orang tersebut tidak akan dapat dibunuh oleh siapa pun selama jangka waktu tertentu, meskipun pada akhirnya mereka akan tetap diambil nyawanya.
Oleh karena kewenangan inilah Scythe ditakuti oleh banyak orang sehingga banyak yang mencoba menyuap para agen Scythe dengan berbagai barang dan lainnya agar diberikan waktu tambahan, meski demikian banyak juga yang mengagungkan dan iri kepada kekuatan yang dimiliki oleh Scythe.
Jadi, bagaimana rasanya menjadi murid seorang pencabut nyawa / Scythe? Nah, Itulah yang terjadi kepada Citra Terrranova dan Rowan Damisch yang dipilih untuk menjadi murid dari Scythe Faraday yang misterius.
Awalnya, baik Citra maupun Rowan tidak ingin menjadi seorang Scythe, tetapi karena mereka berani menyuarakan suara mereka di saat yang berbeda kepada Faraday, mereka akhirnya terpilih dan diajarkan untuk belajar menggunakan senjata, bertahan hidup dan harus mengikuti cara hidup Scythe yang sulit saat pengajaran berlangsung.
Nah, karena mbak Alfi belum membaca semua buku trilogi karya Neil Shusterman jadi masih banyak misteri yang belum terungkap mengenai kisah Scythe ini. Buku yang layak di baca bagi penggemar kisah penuh aksi.
Rijo Tobing – Buku-buku karya Keigo Higashino
Ada 4 buku karya Keigo Higashino yang dibaca oleh Rijo: The Newcomer, Malice (catatan pembunuhan sang novelis), The Miracle of the Namiya, dan Kesetiaan Mr.X
The Newcomer merupakan novel dari seri Detektif Kaga, yang menceritakan kisah dari Detektif Kaga Kyoichiro, yang baru saja pindah tugas ke Nihonbashi, Tokyo.
Meski termasuk pendatang baru, tapi Detektif Kaga sangat berpengalaman menangani kasus kriminal. Ia kemudian bergabung dengan tim untuk menyelidiki pembunuhan seorang wanita.
Semakin ia terlibat dalam kasus tersebut, makin banyak pula tersangka baru yang bermunculan. Bahkan, hampir semua orang yang tinggal dan bekerja di Nihonbashi, bisa dikategorikan sebagai pelaku.
Dalam The Newcomer, Keigo Higashino dengan apik menampilkan prosedur penyelidikan polisi secara mendetail, yang menunjukkan keahliannya sebagai penulis novel misteri yang andal.
Selanjutnya, novel Malice, Higashino berhasil memberi twist menarik kepada pembaca dengan kisah yang menghibur, serta menyajikan psikologis karakter yang mendalam dan luar biasa.
Menceritakan sosok novelis yaitu Hidaka Kunihiko, yang ditemukan tewas tercekik di rumahnya pada malam hari.
Higashino tidak hanya menulis kisah misteri yang menegangkan, ia juga menulis cerita young adult, yaitu The Miracle of the Namiya. Menceritakan tiga orang pemuda terlantar, yang berusaha membobol sebuah toko yang kosong untuk bersembunyi, karena mereka sedang dikejar-kejar oleh aparat penegak hukum.
Kak Rijo mengatakan mengatakan buku karya Keigo Higashino ini beda dengan buku cerita detektif lainnya adalah pengamatan mendetail yang dikisahkan dalam buku ini. Sebuah pengalaman menegangkan yang cukup memuaskan dalam membaca buku yang masing-masing setebal kurang lebih 300-an halaman ini.
Lendyagasshi – Antologi “PULIH” – 32 penulis
Ketika mbak Lendy mengangkat cover buku ini, saya cukup terkejut. Karena sebenarnya, saya adalah salah satu partisipan atau penulis di dalam buku yang akan dibahas mba Lendy ini. Tapi tentu saja, saya akan membahasnya secara objektif ya.
Mbak Lendy mengangkat salah satu kisah dari 32 kisah yang ada di buku antologi Pulih ini. Sesuai judulnya buku ini mengangkat tema mental health, perjuangan para penulis bangkit dan pulih dari permasalahan jiwanya.
Tanpa menyebut nama penulisnya, mbak Lendy menceritakan kisah di buku tersebut. Seorang wanita yang tidak mendapat kasih sayang orang tuanya, yang menyebabkan wanita ini tidak mempercayai sebuah cinta. Di masa mudanya setiap kali wanita ini mendengar orang tuanya bertengkar, wanita ini selalu mengiris nadinya. Beruntung, akhir kisah wanita ini berakhir bahagia, dia menemukan cinta yang menyembuhkan lukanya.
Mbak Lendy sampai menitikkan airmata membaca kisah salah satu penulis dalam antologi Pulih ini, dirinya tidak membayangkan ada di posisi tokoh atau penulis tersebut.
Penutup
Ini adalah kali pertama saya mengikuti kegiatan Zoom Klub Buku KLIP, ternyata merupakan kegiatan yang sangat seru dan membuat saya jadi ingin ikut serta membagikan cerita buku yang telah dibaca di sesi selanjutnya.
Selain itu, setelah mengikuti kegiatan ini menambah daftar buku ingin dibaca, jadi tahu juga beberapa buku yang kemungkinan tidak akan pernah dibaca.
Semoga di pertemuan Zoom Klub Buku KLIP berikut di tahun 2021 ini, semakin banyak peserta yang bisa bercerita tentang buku yang sudah dibaca.
Salam Literasi.
Semangat membaca!
Penulis: Rein Hudasediyani
0 Komentar